Friday, October 12, 2018

Pengertian dan Contoh Descriptive Text

Descriptive text is a text which says what a person or a thing is like. Its purpose is to describe and reveal a particular person, place or thing. 

Teks Deskriptif yaitu teks yang menjelaskan gambaran seseorang atau benda. Tujuannya adalah untuk menggambarkan atau mengungkapkan orang, tempat atau benda tertentu. 


Bisa dikatakan juga bahwa Descriptive text adalah teks yang menjelaskan tentang seperti apakah orang atau benda yang dideskripsikan, baik bentuknya, sifat-sifatnya, jumlahnya dan lain-lain.

Struktur Descriptive Text (generic structure) adalah :
1. Identification (identifikasi) adalah pendahuluan , berupa gambaran umum tentang suatu topik.
2.Description (deskripsi) adalah berisi ciri-ciri khusus yang dimiliki benda, tempat, atau orang yang dideskripsikan.
Ciri-ciri Descriptive Text :
  1. Menggambarkan sesuatu yang khusus. Misalnya anjing saya, kucing seseorang, mobil saya, orang tertentu seperti orang sekitar kita, artis dan pahlawan, kota, dan bangunan bersejarah.
  2. Isi dari paragraf. Paragraf awal berisi sesuatu yang akan di bahas. Misalnya teks deskriptif tentang anjing saya, maka pada paragraf pertama berisi nama anjing saya. Bisa juga ditambah penjelasan tambahan misalnya mengapa diberi nama demikian. Paragraf berikutnya berisi ciri-ciri fisik. Paragaraf berikutnya berisi kebiasaan dari anjing saya tersebut.
  3. Kalimat dalam teks menggunakan Present Tense.


Berikut adalah Contoh Descriptive Text :




INSTRUCTION
1. Read the example of descriptive text above!
2. Write a descriptive text based on above examples using your own word!

Monday, January 15, 2018

Kejadian Lucu Liga 1 Prancis, Wasit Tabrak Pemain, Pemainnya dikartu Merah


Paris Saint Germain (PSG) vs FC Nantes baru-baru ini, tepatnya pada tanggal 15 Januari 2018 telah selesai bertanding dalam lanjutan Liga 1 Prancis. Namun, bukan hasil akhir dari pertandingan tersebut yang saat ini ramai diperbincangkan. Bukan karena yang bertanding adalah KKK (Klub Kaya Kebangetan) yang cuma melawan klub yang tidak terlalu terkenal, tapi karena adanya kontroversi yang unik di dalamnya.

Sebelumnya, pernah saya tuliskan bagaimana kepemimpinan wasit di dalam lapangan dapat mempengaruhi hasil dari sebuah pertandingan. Bahkan bisa juga menjadi pusat perhatian dari sebuah pertandingan mengalahkan pertandingan itu sendiri (Baca: Wasit Sepak Bola, dari Pengadil sampai Penentu Pertandingan). Benar saja, hal itu terjadi lagi di laga ini. FC Nantes mengeluhkan wasit Tony Chapron yang memimpin laga melawan Paris Saint-Germain (PSG) itu. Bukan karena keputusan-keputusannya memihak sang tamu, namun melainkan karena hal yang dilakukan wasit Chapron terhadap salah satu pemain dari FC Nantes, Diego Carlos.

Hal itu terjadi menjelang berakhirnya pertandinganChapron menghadiahkan kartu kuning kedua kepada Diego Carlos yang berarti kartu merah. Namun, yang menarik, hal itu dilakukan karena dia merasa bek asal Brasil itu telah mendorongnya hingga terjatuh. Bermula saat PSG sedang melancarkan serangan balik, Diego Carlos secara tidak sengaja bertabrakan dengan wasit Chapron yang menyebabkan sang wasit terjatuh. Tapi anehnya Capron malah berusaha membalas dengan melakukan tekel terhadap sang pemain sebelum mengahadiahkan kartu kuning kedua yang disusul kartu merah. 




Lucunya lagi, setelah mengusir Diego dari lapangan, sang wasit kemudian memberikan tendangan bebas kepada PSG dari tempat dimana dia terjatuh. Kalau dipikir-pikir, mungkin dia merasa sebagai salah satu pemain PSG.

Ini tentu sangat unik dan sangat lucu. Namun selain itu, miris. Tidak seharusnya seorang wasit melakukan hal seperti itu. Bayangkan bila yang melakukannya, menendang pemain lain setelah dia terjatuh, adalah seorang pemain, maka hadiah kartu dan juga sanksi denda atau larangan bermain pasti akan didapatkan. Tapi, dibanding mirisnya, kejadian ini masih lebih banyak lucunya.

Selanjutnya, dilansir standard.co.uk, sang wasit sudah mendapatkan sanksi dari pihak komisi disiplinnya Liga 1 Prancis. Syukurlah. Jadi skornya sekarang jadi imbang. Chapron 1 -1 Diego Carlos. Setidaknya Diego tidak terlalu sakit hati.

Yah, begitulah!

Para Filsuf dan Pandangannya Berhubungan dengan Filsafat Bahasa

Beberapa minggu yang lalu, saya telah memposting sebuah artikel dengan judul Filsafat, Filsafat Ilmu, dan Filsafat Bahasa. Postingan itu adalah sedikit potongan dari tugas akhir semester pada mata kuliah Filsafat Bahasa di kampus saya. Di dalamnya, telah dijelaskan bahwa Filsafat Bahasa adalah ilmu gabungan antara linguistik dan filsafat yang berkeinginan untuk menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia serta dasar-dasar konseptual dan teoretis linguistik. Nah, pada postingan kali ini, saya ingin memberikan sedikit lanjutan dari tugas kuliah yang saya maksudkan tadi. Masih mengenai Filsafat Bahasa, tapi kali ini lebih terfokus ke filsuf dan pandangan-pandangannya dalam filsafat bahasa. Berikut:

1. John Locke 


John Locke adalah seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama dari pendekatan empirisme. Selain itu, Locke menandai lahirnya era Modern dan juga era pasca-Descartes (post-Cartesian), karena pendekatan Descartes tidak lagi menjadi satu-satunya pendekatan yang dominan di dalam pendekatan filsafat waktu itu. Kemudian Locke juga menekankan pentingnya pendekatan empiris dan juga pentingnya eksperimen-eksperimen di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan

Dalam teorinya tentang The Nature of Language, dia mengemukakan bahwa bahasa adalah media yang memungkinkan kita untuk mengungkapkan pikiran kepada orang lain. Dan lebih lanjut, dia juga mengungkapkan bahwa hakikat dari bahasa adalah ditentukan oleh fungsi yang dimana bahasa berfungsi adalah untuk mengungkapkan gagasan dan pikiran di dalam proses komunikasi.

2. Gottlob Frege


Friedrich Ludwig Gottlob Frege adalah seorang matematikawan, logikawan, dan filsuf asal Jerman. Gottlob Frege terkenal sebagai salah satu pendiri logika modern dan memberikan konstribusi besar pada bidang matematika. Oleh karena itu Gotlobb Frege mendapat julukan sebagai bapak filsuf analitik

Temuan paling penting Frege dalam dunia filsafat adalah tentang arti (sense) dan acuan (reference). Dalam bahasa, sense dan reference menjadi sangat penting dan tanpanya, bahasa tidak lain hanya membicarakan kekosongan. Sense atau arti dari suatu hal mengacu pada referensi tentang konsep yang sebelumnya telah ditanamkan ke dalam pikiran. Semisal, kata “Buku” adalah sebuah konsep. Sebelum menjadi sebuah konsep yang jelas, kata “Buku” hanyalah merupakan sebuah pengertian yang dibentuk oleh pikiran. Kemudian kata “Buku” diberi referensi berupa sebuah benda, maka terciptalah sense manusia tentang apa  sebenarnya buku itu.  Maka saat membicarakan tentang buku, tidak musti lagi menghadirkan buku agar tercipta pemahaman makna, karena kata “Buku” sudah menjadi konsep yang jelas di dalam pikiran manusia dengan adanya sense dan referensinya.

3. Bertrand Russell


Bertrand Arthur William Russell adalah seorang filsuf dan ahli matematika ternama Britania Raya. Dia menulis banyak sekali buku dan brosur tentang berbagai masalah, antara lain filsafat, moral, pendidikan, sejarah, agama dan politik. Sumbangan terbesarnya di bidang ilmiah adalah di bidang logika matematika.

Menurut Russell dalam teorinya tentang Definite Description, dunia memiliki fakta-fakta atomis. Dalam hal ini dia berpedapat, kalimat akan dikatakan bermakna jika kalimat tersebut berhubungan langsung dengan fakta-fakta atomic. Russell menganalisis sebuah kalimat secara abstrak dengan menjadikan kalimat tersebut sebagai objek pada dirinya yang lepas dari konsteks penggunaan. Teori Russell bertitik tolak pada masalah kalimat yang memiliki uraian pasti (definite descriptions) tanpa objek yang berkaitan. Contoh yang dibincangkannya adalah kalimat “Raja Perancis botak”. Menurut Russell, kalimat ini merupakan kalimat yang bermakna tetapi tidak dapat dipastikan kebermaknaannya karena faktanya Raja Perancis tidak ada. Dengan demikian, kalimat itu tidak memberikan proposisi apa pun, dan selanjutnya tidak dapat disahkan benar tidaknya predikatnya. Namun lebih lanjut bagi Russell, kalimat "Raja Prancis botak" tetap bermakna hanya saja ia gagal memberikan acuan sehingga nilainya salah.

4. Saul Kripke


Saul Aaron Kripke adalah seorang filsuf Amerika dan ahli logika. Dia adalah seorang professor emeritus di Princeton dan menjadi Professor Filsafat di CUNY Graduate Center Sejak 1960-an. Kripke juga adalah tokoh sentral dalam sejumlah bidang yang berkaitan dengan logika matematika, filsafat bahasa, Filsafat Matematika, metafisika, dan epistemology. Karyanya sangat mempengaruhi filsafat analitik dan kontribusinya yang terpenting adalah sebuah deskripsi modalitas  metafisika yang sekarang disebut sebagai semantik Kripke.

Ketika membahas tentang (proper name), kripke menggunakan istilah penanda, baik untuk proper names maupun define descriptions, dan menyebut proper name sebagai name, tetapi tidak pernah menyebut define description sebagai name. Kripke juga menjelaskan bahwa rigid designator merupakan name, atau frase yang mengacu dan mewakili objek yang sama pada setiap kemungkinan atau situasi yang bisa terjadi di dunia. Contoh, harimau dan macan tutul dapat dikategorikan sebagai kucing.

5. Willard Van Orman Quine


Willard Van Orman Quine adalah seorang filsuf Amerika dan ahli logika dalam tradisi analitikIa telah menghasilkan karya yang sangat orisinil dan penting di beberapa bidang filsafat, termasuk logika, ontologi, epistemologi, dan filsafat bahasa. Pada tahun 1950 ia telah mengembangkan pandangan filosofis yang komprehensif dan sistematis yang bersifat naturalistik, empiris, dan behavioris. Dengan memahami filosofi sebagai perpanjangan sains, dia menolak fondasionalisme epistemologis, usaha untuk mendasarkan pengetahuan tentang dunia luar pada pengalaman mental yang transenden dan memvalidasi sendiri. Tugas yang tepat dari "epistemologi naturalisasi", seperti yang dia lihat, hanyalah memberikan penjelasan psikologis tentang bagaimana pengetahuan ilmiah benar-benar diperoleh.

Dalam teori de re and de dicto modality. De re berkaitan dengan sifat-sifat dari hal yang disebutkan dalam pernyataan maupun ungkapan. Dan bukan bentuk dari pernyataan dan ungkapan sendiri. sedangkan de dicto berkaitan dengan bentuk pernyataan atau ungkapan. Quine menjelaskan perbedaan antara predikat dan operator dimana predikat digunakan untuk menjelaskan objek yang diikutinya, sedangkan operator menyesuaikan dan menggabungkan kalimat.


Sekian! Semoga bermanfaat! Mohon saran jika ada kekeliruan! Yah, Begitulah!

Thursday, January 11, 2018

Bukan Cristiano Ronaldo, Inilah Pemain Sepakbola Terkaya di Dunia


Sepak bola sekarang bukan lagi hanya soal menang, kalah, ataupun imbang, tetapi, jauh diluar itu, sepak bola sudah merambat kepada urusan-urusan sosial, lingkungan, dan terutama ekonomi. Dalam beberapa tahun terakhir, bisnis di dalam dunia sepak bola bisa dikatakan "gila". Hal ini terbukti dengan terpecahkannya dua rekor transfer termahal dunia hanya dalam kurun waktu dua tahun. Tahun 2016, Paul Pogba memecahkan rekor pemain termahal dunia yang sebelumnya dipegang Gareth Bale dengan kepindahannya dari Juventus ke Manchester United dengan nilai transfer sebesar 89 Juta Euro atau Rp. 1,562 Triliun. Hanya bertahan satu tahun, Rekor Paul Pogba kembali terpecahkan pada tahun 2017 dengan kepindahan Neymar Junior dari Barcelona ke PSG dengan nilai transfer sebesar 222 juta Euro atau sekitar Rp. 3,5 triliun. Hal ini membuktikan betapa "gila"-nya klub-klub sepak bola dalam menggelontorkan uang.

Namun kemudian muncul pertanyaan, Siapa pesepak bola terkaya di dunia? Tanyakan hal ini pada 10 orang di luar sana dan 9 orang akan menjawab mungkin Pogba, Neymar, atau mungkin juga dua pemain terbaik dunia saat ini; Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi. Jika menjawab dengan menyebutkan nama-nama diatas, maka jawabannya salah. Karena ternyata, pemain terkaya di dunia saat ini adalah seorang pemain yang jarang menjadi sorotan media-media olahraga.

Faiq Bolkiah namanya. Dialah pemain sepakbola terkaya di dunia. Tapi, siapa itu Faiq Bolkiah? Dia adalah pemain sayap Leicester City U-23 asal Brunei Darussalam yang juga merupakan keponakan raja Brunei Darussalam, Hassanal Bolkiah, yang memiliki kekayaan sekitar 20 miliar dollar AS atau setara Rp. 268 Triliun. 

Foto Faiq Bolkiah Berkostum Leicester City
Ayah faiq, Jefri Bolkiah, yang merupakan Kepala Agensi Investasi Brunei, disebut telah menghabiskan dana sebesar 10 miliar pound sterling atau sebesar Rp 182,48 triliun untuk berinvestasi dalam 15 tahun terakhir. Dia juga disebut pernah menghabiskan dana sebesar 35 juta pound sterling (Rp 638,7 miliar) dalam waktu sebulan untuk membeli mobil, jam tangan pena yang terbuat dari emas putih. Ayah Faiq itu juga disebut memiliki koleksi mobil yang jumlahnya mencapai 2.300 buah, termasuk merek-merek mewah seperti Rolls-Royce, Bentley dan Ferrari. Tak hanya mobil, Jefri disebut memiliki pesawat pribadi Boeing 747.
Soal bisnis, Jefri memiliki banyak hotel di seluruh dunia. Dia disebut memiliki Hotel Plaza Athenee di Paris, Prancis; Hotel Bel-Air di Los Angeles dan New York Palace Hotel di Amerika Serikat. Dia juga disebut sebagai pemilik perusahaan perancang perhiasan mewah Asprey dan pabrik pembuat yacht bernama Tits. Dia juga merupakan orang yang pernah mengundang Raja Pop dunia, Michael Jackson, untuk mengadakan konser pribadi di Brunei dalam rangka merayakan ulang tahunnya yang ke-50. Untuk konser itu, Jefri bahkan membangun sebuah stadion baru di Brunei. Total anggaran yang dia habiskan saat itu 12,5 juta pound sterling atau sekitar Rp 228 miliar.
Jika dibandingkan dengan Cristiano Ronaldo misalnya, Ronaldo harus berusaha keras untuk mengumpulkan dolar dari bayarannya sebagai pemain sepakbola sebesar $58 juta, seperti dikutip Forbes. Dari Endorsement Ronaldo meraup $35 juta dan $1 miliar dari kontrak seumur hidup dengan Nike.
Jadi apakah Faiq Bolkiah bisa dikatakan sebagai pemain sepak bola terkaya di dunia? 

Sunday, January 7, 2018

Kapan Kalimat dalam Bahasa Inggris Membutuhkan "To Be" ?

(Sumber Gambar: learnenglishwithafrica.com)

Kalimat, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan sebagai kesatuan ujar yg mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan. Lebih lanjut disebutkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa yg secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas sekurang-kurangnya subjek dan predikat (klausa) dan diakhiri dengan tanda baca pengakhir (. ? !).

Bagi seorang yang ingin mempelajari bahasa, termasuk bahasa inggris, mengatahui struktur pembentukan sebuah kalimat sangatlah penting. Karena dengan begitu, ia akan mampu untuk menyusun kalimat dengan benar yang kemudian dapat digunakan dalam percakapan ataupun dalam tulisan. Namun, beberapa orang yang mempelajari bahasa inggris menganggap bahwa menyusun sebuah kalimat tidaklah semudah kedengarannya. Ada banyak sekali aturan yang harus diperhatikan seperti penggunaan kata kerja yang berubah-rubah, penambahan kata kerja bantu, ataupun hal-hal lainnya.

Dalam pengalaman saya mengajarkan bahasa inggris dalam beberapa tahun terakhir, kesalahan mendasar yang paling sering saya temukan dalam upaya para siswa menyusun kalimat adalah penggunaan ToBe. Kesalahan yang saya maksud seperti menggunakan ToBe untuk kalimat yang seharusnya tidak memerlukannya, ataupun sebaliknya menghilangkan ToBe untuk kalimat yang justru memerlukannya. Untuk itu, kali ini saya akan memberikan beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar tidak slah dalam menggunakan To Be. Berikut:


Apa itu To Be?
Jadi yang pertama, sebenarnya apa itu To Be? Nah, To Be adalah salah satu jenis Verb dalam bahasa inggris yang dapat digunakan sebagai kata kerja bantu maupun kata kerja utama.

Apa saja yang termasuk dalam To Be?
To Be terdiri dari Be, am, is, are, was, were, been, dan being.

  • Be adalah bentuk Bare Invinitive (murni) dari To Be.
  • Am adalah To Be pasangan dari subjek I (saya).
  • Is adalah To Be pasangan dari subjek She, He, It.
  • Are adalah To Be pasangan dari subjek You, They, We.
  • Was adalah bentuk lampau dari Is yang berpasangan dengan subjek I, She, He, It.
  • Were adalah bentuk lampau dari Are yang berpasangan dengan subjek You, They, We.
  • Been adalah bentuk Past Participle dari To Be.
  • Being adalah bentuk Present Participle dari To Be.

Bagaimana penggunaan To Be dalam kalimat?
Seperti yang sudah kita ketahui, kalimat adalah kumpulan kata yang setidak-tidaknya terdiri dari satu subjek dan satu predikat dan diakhiri oleh tanda baca pengakhir. Dalam bahasa inggris, kita tidak menggunakan istilah predikat sebagai pembentuk kalimat, melainkan kita menggunakan istilah Verb untuk menggantikan istilah predikat. Oleh karena To Be termasuk dalam kategori Verb, maka ia termasuk ke dalam komponen penting pembentuk kalimat. Namun, kapan kita menggunakan To Be? Kita bisa menggunakan To Be apabila ia diikuti oleh beberapa jenis kata berikut ini:

1. Noun (dkk)

Noun (kata benda) adalah salah satu jenis kata yang bisa mengikuti To Be dalam kalimat. Fungsi To Be dalam kalimat seperti ini adalah sebagai Linking Verb atau kata kerja yang menghubungkan subjek dengan pelengkapnya. Contoh:

  • I am an English teacher. = Saya adalah seorang guru bahasa inggris.
  • You are my best friend. = Kamu adalah sahabatku.
  • She is Raisa. = Dia (perempuan) adalah Raisa.

2. Adjective (dkk)

Sama halnya dengan Noun, adjective (kata sifat) juga dapat mengikuti To Be dalam kalimat. Kedudukannya pun hampir sama, yaitu sebagai pelengkap dari subjek. Contoh:

  • I am hungry. = Saya sangat lapar.

  • Those people are really strong. = Orang-orang itu sangat kuat.

  • She is so beautiful. = Dia (perempuan) sangat cantik.

3. Adverb
Apabila mengikuti To Be, adverb (kata keterangan) biasanya memberikat keterangan tentang lokasi atau waktu yang berhubungan dengan subjek. Contoh:

  • Mike Tyson is in my house. = Mike Tyson berada di rumahku.

  • The Champions League final was on June 3rd, 2017. = Final Liga Champion adalah pada tanggal 3 Juni 2017.

4. Verb-ing
Saat diikuti oleh Verb-ing, To Be tidak lagi berfungsi sebgai Linking Verb melainkan sebagai Auxiliary Verb. Itu berarti, dalam kalimat seperti ini, Verb-ing bukanlah sebagai pelengkap dari subjek, melainkan sebagai Kata kerja utama. To Be yang diikuti Verb-ing biasanya menandakan seuatu kegiatan yang sedang berlansung, atau dalam tenses dikenal dengan nama Continuous Tense. Contoh:

  • Cristiano Ronaldo is playing football with his son. = Cristiano Ronaldo sedang bermain sepak bola dengan anaknya.

  • I was still sleeping when you came to my house this morning. = Saya masih sementara tidur waktu kamu datang ke rumahku tadi pagi.

5. Verb 3 (Past Participle)
To Be yang diikuti oleh Verb 3 menandakan kalimat pasif. Kalimat pasif adalah kalimat yg subjeknya merupakan tujuan dr perbuatan. Dengan kata lain, subjek dari kalimat pasif bukanlah pelaku dari sebuah kegiatan seperti pada kalimat pasif, melainkan sebagai “penderita”. Dalam bahasa Indonesia, kalimat pasif biasanya ditandai dengan adanya awalan Di- atau Ter- diawal kata kerja. Sebagai contoh:

  • My phone is bought by my own sister. = Ponselku dibeli oleh saudaraku sendiri.

  • The flower store is closed every Sunday. = Toko bunga itu tertutup setiap hari minggu.

Nah, jadi pada dasarnya, seperti itulah To Be. Dengan mengetahui beberapa fakta tentang To Be tadi, semoga kita tidak lagi melakukan kesalah dalam menggunakannya. Sebagai tambahan, saya akan berikan beberapa catatan yang lumayan penting:

  • Gunakan To Be hanya apabila diikuti oleh beberapa jenis kata yang ada di atas!
  • Jangan menggabungkan To Be dengan kata kerja murni! Ini adalah kesalah yang lumayan sering saya dapatkan
  • To Be itu bukan Cuma “is”. Jadi, gunakanlah dengan pas! Pas pada waktunya, pas ada subjeknya, dan pas pada aturannya. 
  • Banyak-banyaklah berlatih!


Yah, Begitulah! ☺

Saturday, January 6, 2018

The Significances of Learning Morphology and Syntax

(Sumber Gambar: holapeople.co.uk)

Morphology and syntax is one of the subjects that are studied in the first semester of the English Education magister program in State University of Makassar. The existence of this subject as the one to be mastered shows the importance of this subject for the students who study about language. It is because these parts of the linguistics include almost all the requirements and terms to form sentence that later will become the language itself. So, the students who want to study about language, especially English, better not underestimate the importance of this lesson.
In the process of learning morphology and syntax, there will usually be a controversy about this subject. The controversy itself is not about whether it is importance or not because every student believes that it is important. But the controversy that appears in the community of the students is all about the difficulty of the subject itself. Some students say it is not really hard while the other say it is too hard. For the students that think studying morphology and syntax is not really hard, maybe it is because they understand the basic concept of this thing like the relation between terms to another term. Or it is also can be caused by something else. For the students who say that it is difficult, the reason also can be various. Whether it is because they have no basic at all about it or they miss some explanation that makes them hard to understand the other terms that have relation to the other one. All the terms in this subject is related to one another. Just like what the lecturer of Morphology and Syntax in the first semester of the English Education magister program in State University of Makassar said, this subject is like chains. Once you lose something, you will lose the relation to the next thing. But, whether it is hard or not, whether the students like it or not, mastering this subject is a must.
It has been stated before that Morphology and Syntax have a very important role on the development of the student studying language that has to be understood well in order to master that language. Then, some questions appear such as: why is it so important?; and How significance are morphology and syntax to our future or career that makes them so important?; or even What is actually morphology and syntax?
So what is morphology and what is syntax?
Morphology is part of linguistics that study about the forms of words. It analyses the structure of words and also parts of words, such as stems, root words, prefixes, and suffixes. In morphology, the students learn about couple of things like how the words are formed, and their relationship to other words in the same language. Furthermore, syntax is another part of linguistics that the study focuses on the set of rules, principles, and processes that govern the structure of sentences in a given language, for example; word order, punctuation, phrase, constituent, and many other terms. In a simpler explanation, we can say that morphology is a study of word and syntax is the study of the structure of the sentence. So, we can conclude that morphology and syntax is the study that concerns about the basic structural term to form the language.
After knowing what morphology and syntax are, the next question to answer is why is it so important to learn?
It has been stated that morphology and syntax in linguistic is the study about the word and sentence. As everyone knows, word and sentence are the main requirements that have to be used to produce the language. Furthermore, the way word and sentence are formed is different in each language. For example, it is different to say about phrase “a red carpet” in English, in Indonesian, or in Arabic. It is because all of those languages have different ways and different rules to form the phrase. So, in order to be able to use a language, that is English in this case, students who study about the language have to be able to recognise how the word or the sentence are formed. Most of the English Education students in State University of Makassar do not come from the English speaking country. Most of them are local students that come from some different cities and regencies in Indonesia. Some of them do not event use Bahasa Indonesia as their first or their mother language. So, when learning about English, these students has to have the knowledge and the information about how the words and the sentence in this language are formed remembering that English is not their first or mother language, or not even their second language.
Moreover, when learning a language, the students will also find some different contexts of situations. In every different contexts of situation in a language, usually the people who learn the language will find different forms of the sentence too. And almost in every language in the world has different ways to form the sentence even though the context of sentence that the people want to produce is same. In English, there are also some ways to arrange the word for each context of the situation. There are some words that can precede the other words and there are some words that cannot; there are some that can modify the other and there are some that cannot; there are some words that can be put into certain kinds of sentence and there are also some that cannot. Knowing all of those rules, the students will be able to form the sentence in the language, that is English in this case, and also will be able to choose which one to use when it is used in the certain kinds of situation so that they can use it correctly to its very context when they speak with the English speaking people or the native English speaker. For example, when a person that uses English in speaking wants to tell his interlocutor about what he is doing at that time, the sentence that he has to use is the progressive sentence or the present continuous tense sentence, not the simple present tense sentence. In English, the rule or way to form the present continuous tense sentence is different with the way to form the simple present. But in Bahasa Indonesia, even though the contexts of situation on those two sentences are different, the rule or the way to form those sentences is the almost the same (They are differed only by the time signal). So, learning morphology and syntax that tell us about the term and the forming of the word and sentence will help the students who learn English to know how to arrange the sentences in the correct way.
In conclusion of that, morphology and syntax is the study of linguistics that is important to be learned because it can help the people who study the second or the foreign language to form the word or the sentence that they later use whether spoken in a conversation or written. Then, how could studying the morphology and syntax be significance for me as a person and as one of the students of English Education magister program in State University of Makassar?
The first significance that we can get by studying morphology and syntax is to be able to understand the arrangement of words and sentences appropriate with correct rule of its language. The exactly correct rule is not always used in the conversation because the main aim of the language in the conversation is to make the interlocutor understand whatever we mean in the sentence. But, even though is not always needed to use the correct arrangement of the words in the conversation, people who learn English still need to master or at least know the correct rule so that they can use it in the formal situation. Also, using the formal form of the language appropriate with the rule and term that we find when learning morphology and syntax will reduce the possibility of misunderstanding or even the ambiguity of the sentence. As it is stated in the previous paragraphs, every language has their on way to form the sentence and also has their own understanding about the context of the sentences. So, by using the correct arranged sentences, the people that are in the conversation, who also have learned about the language, will be easy to understand what we have in mind.
Furthermore, the knowledge that we get after learning about the morphology and syntax like morphemes, suffixes, prefixes, root words, sentence structure, rules of phrase such as Noun Phrase, Verb Phrase, Prepositional Phrase, Adjective Phrase, Adverbial Phrase, and even about the ambiguity can be our ammunition when writing a text. Different with the condition in speaking, writing always requires the use of the good arranged sentence. In speaking, especially in the informal condition, the most important thing is to make the other people in the conversation understand about what we are saying. So, the sentences that we are using do not always have to be the good arranged sentences according to the rules because as long as our interlocutor in the conversation understands what we mean, the conversation will still be able to keep running. But in writing, we always have to write good forming the sentence according to the grammatical rule. Why? Because speaking sometimes provides the context of the situation so what the speaker means in the sentences can be understood not only from the sentence itself, but also from the context of situation within the conversation. In the other hand, when writing something, the context of the situation does not appear. So, to be able to make people who read the writing understand about what exactly we mean by our sentences, we have to use good sentences that is arranged using the very rule. For example, in the conversation someone asked what his friend is doing. His friend can answer by saying “I do my homework” instead of saying “I am doing my homework” as the one that appropriate with the context. But, even if his friend does not use the one that appropriate with the context, the person who asked the question will not find any problem to understand what his friend means as he can see the situation before his eyes. This kind of thing does not work in writing. When we write “I do my homework” to tell about what we are doing at the moment, the people who read it can be led to misunderstanding. They may think that we are telling about the fact or about an activity that we usually do, not the activity that we are doing at the moment. That is why it is really important to know the very rule of the language form and we can get some knowledge about it by learning morphology and syntax.
The other significance that we can get from learning this subject is having able to analyse the utterance. As the student of the English Education magister program, we are expected to do research whether about the about the education itself or about language. In doing the research about language, the knowledge about morphology and syntax will help us to analyse the sentence within the language. We can use the theories that we get from learning morphology and syntax to make a deeper analysis about the subject. For example, we can use our knowledge about ambiguity in a discourse of the language. The knowledge about two kinds of ambiguity in syntax such as the lexical ambiguity, that means a word can have more than one meaning, and the semantic ambiguity, that means the sentence can have more than one meaning, to analyse about everything related to the ambiguity in the language. So that the knowledge about, phrase, precedence, domination, anaphor, antecedence, binding, or any other information and knowledge from studying morphology and syntax.
Other than those significances that have been explained before, learning morphology and syntax also can give us some other good profit that can help us in developing our career. One of them is helping us in answering test. Nowadays, in the globalisation era, English has become a very important requirement that the people should have to be able to compete with other people. There are many institutions nowadays that use English as one of the requirements that has to be owned by the people who want to register there. To measure the English competence of those people, the institutions mostly used written test such as TOEFL (Test of English as Foreign Language), IELTS (International English Language Testing System), or TOEIC (Test of English for International Communication). By learning about morphology and syntax, we will have a better opportunity to get a high score than the people who never learn about the subject. It is because almost all the questions in those tests were made to test our ability to form the sentence according to the rule and in morphology and syntax, we learn about the sentence and the word to its very basic. We learn about how to form the word and the sentence by its very rule. So, I can guarantee that the people who have studied about morphology and syntax will get the better score than the people who have not. By getting a better score, of course, the chance to get accepted by the institution where we register will be higher too and it will give us a better chance to get a better career.
 Finally, as the students of the educational program, I do think that the knowledge we get from studying about morphology and syntax will be very useful for our career as English teachers in the future. In morphology, we have studied about the study of forms of word and in syntax; we have studied about the arrangement of words and phrases to create well-formed sentences in a language. These two parts of linguistics, along with phonology, semantic, and pragmatic, are the components that are needed to be mastered in order to be a good English teacher in the future. How can you teach someone about English if you do not at least have the basic knowledge about English itself? Of course it will be bad for you and for the students. Imagine giving the students the wrong way of forming a phrase! Then the students use it in their conversation in their life, use it when they are writing something, or even use that wrong knowledge as the reference to answer a test, it will be very bad for them. So, knowing about the language, if not mastering it, will be a must for the teacher before teaching the students. In Bahasa Indonesia; there is a proverb which say “guru kencing berdiri, murid kencing berlari, in English; people know “monkey see, monkey do”, those are the illustration that can tell how important it is to be well-educated people before educating the other people.

All those reason are only a few from many reasons on why studying morphology and syntax can be very significance in our life and career. After all, those reasons just come from my point of few. There are thousand students, if not more, who study about morphology and syntax in this world. So, the reasons that I have stated above is like nothing. There must be even more and I can guarantee that.

Monday, January 1, 2018

7 Puisi Terbaik Sapardi Djoko Damono


Siapa Sapardi Djoko Damono? Mungkin hampir semua orang sudah tau. Beliau adalah salah satu pujangga terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Ia dikenal melalui berbagai karya puisi -nya yang menggunakan kata-kata sederhana sehingga beberapa diantaranya sangat populer dan menjadi favourite di kalangan sastrawan maupun di khalayak umum. Bagi beberapa orang yang tertarik pada sastra, namanya bahkan sudah men-dewa. Mendengar namanya saja orang-orang akan lansung teringat pada puisi. Karena puisi adalah Sapardi Djoko Damono! Sapardi Djoko Damono adalah puisi!

Dalam postingan ini, saya telah mengumpulkan beberapa dari sekian banyak puisi-puisi karya Sapardi Djoko Damono yang saya anggap terbaik. Tentu, ini adalah versi "terbaik" menurut saya pribadi. Pemilihannya saya lakukan dengan menggunakan teori Seenak Udel. Jadi kalau ada puisi "terbaik" lain yang terlewatkan, bisa jadi karena beberapa alasan. Alasan paling mungkin adalah karena belum baca. Nah, berikut puisi-puisinya:


1. PADA SUATU HARI NANTI
Pada suatu hari nanti,
Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri.

Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,


Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi,
Namun di sela-sela huruf sajak ini,
Kau tak akan letih-letihnya kucari.


2. KOLAM DI PEKARANGAN 
Daun yang membusuk di dasar kolam itu masih juga ...
 tengadah ke ranting pohon jeruk yang dulu melahirkannya...
 Ia ingin sekali bisa merindukannya... 
Tak akan dilupakannya hari itu menjelang subuh ..
 hujan terbawa angin memutarnya perlahan..


3. YANG FANA ADALAH WAKTU
Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik,
merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?" tanyamu.
Kita abadi.


4. SEPERTI KABUT
aku akan menyayangimu 
seperti kabut
yang raib di cahaya matahari:
aku akan menjelma awan
hati-hati mendaki bukit
agar bisa menghujanimu:
pada suatu hari baik nanti


5. BERJALAN KE BARAT DI WAKTU PAGI HARI 
Waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari
matahari mengikutiku di belakang
Aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan
Aku dan matahari tidak bertengkar
tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang
Aku dan bayang-bayang tidak bertengkar
 tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan


6. HUJAN BULAN JUNI
tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu


7. AKU INGIN
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.



Yah, begitulah!